IJN – Meulaboh | Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Barat menyelenggarakan kegiatan penyusunan kurikulum Aceh yang Islami untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, Senin 23 Juni 2025 di Aula Cabang Dinas Pendidikan Aceh Barat.
Kegiatan bertema “Meuseuraya: Membangun Ekosistem Pendidikan yang Berakhlak Islami, Kolaboratif, dan Kompetitif” ini menjadi langkah awal dalam menyatukan visi pendidikan Aceh ke arah yang lebih progresif dan bernilai Islami.
Acara yang digelar selama dua hari tersebut menghadirkan tiga narasumber utama yang berkompeten di bidangnya, yakni Kepala Dinas Pendidikan Aceh Marthunis, S.T., D.E.A, tokoh pendidikan DR. Anas M. Adam, M.Pd, serta akademisi sekaligus Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry, Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D.
Wakil Bupati Aceh Barat Said Fadheil, S.H menekankan bahwa pendidikan adalah fondasi utama peradaban.
Ia mengutip pemikiran futuristik dari John Naisbitt dalam buku “Megatrend” yang menyatakan bahwa pembangunan bangsa ke depan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari kualitas hidup masyarakat termasuk akses pendidikan, kesehatan, dan keterlibatan aktif dalam pembangunan berkelanjutan.
“Pembangunan pendidikan tidak bisa dikerjakan sendiri. Kita butuh super team, bukan lagi superman. Pemerintah, sekolah, masyarakat, dunia usaha, dan orang tua harus bersatu dalam satu barisan perjuangan,” tegas Said
Disisi lain, Said menyoroti pentingnya nilai lokal dalam membangun pendidikan. Ia menyebutkan bahwa konsep “Meuseuraya” yang digunakan MPD Aceh Barat merupakan simbol dari kolaborasi, kebersamaan, dan semangat gotong royong khas Aceh yang diterjemahkan dalam konteks pendidikan.
“Meuseuraya bukan sekadar pertemuan. Ia adalah ruang strategis untuk menyatukan gagasan, saling mendengar, dan membangun solusi bersama demi menciptakan ekosistem pendidikan yang menyenangkan dan menghargai potensi setiap anak,” ungkap Said
Di kesempatan yang sama, Ketua MPD Aceh Barat Drs. Adami Umar, M.Pd menekankan bahwa kurikulum Islami yang disusun harus mampu menjawab tantangan zaman sekaligus mengakar pada nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
“Kurikulum ini harus menjadi pondasi dalam melahirkan generasi yang unggul, berdaya saing global, namun tetap berkarakter Islami,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi penanda dimulainya proses penyusunan kurikulum Islami secara partisipatif.
“MPD Aceh Barat berharap, hasil dari pertemuan ini bukan hanya dokumen, tapi menjadi gerakan bersama yang melibatkan semua unsur masyarakat dalam membangun masa depan pendidikan Aceh yang berlandaskan iman, ilmu, dan amal,” tandasnya.
Penulis: Hendria Irawan
Editor: Redaksi


















